Jakarta (27/11). Musyawarah Nasional (Munas) X Majelis Ulama Indonesia(MUI) ditutup Jumat (27/11). Munas X MUI secara musyawarah mufakat memilih KH Miftachul Akhyarsebagai Ketua Umum MUI periode 2020-2025. Ia menggantikan KH Ma’ruf Amin. Kyai yang lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 1 Januari 1953 itu, adalah seorang Ulama dan Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2018-2020, yang ditetapkan pada Rapat Pleno PBNU pada Sabtu, 22 September 2018.
Umat Islam, khususnya waga NU mengenang sosok Kyai Miftah menggantikan KH. Ma’ruf Amin yang resmi mengundurkan diri dari posisi Rais Aam PBNU, karena maju sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019. Kyai Miftah saat ini juga Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya. Sebagai ulama, Kyai Miftah sejak muda telah nyantri di Pondok Pesantren Tambak Beras di Jombang, Pondok Pesantren Sidogiri di Pasuruan, dan Pondok Pesantren Al-Anwar Lasem, Sarang, Jawa Tengah.
Ia juga mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia. Dalam memimpin MUI KH Miftachul Akhyar akan didampingi tiga Wakil Ketua Umum, yaitu Anwar Abbas (Muhammadiyah), Marsudi Syuhud (NU), dan Basri Barmanda (Persatuan Tarbiyah Islamiyah/Perti). Sementara jabatan Sekretaris Jenderal MUI dijabat Amirsyah Tambunan. Sementara, Ketua Dewan Pertimbangan MUI dijabat KH Ma’ruf Amin yang saat ini mengemban tugas sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Saat berpidato usai terpilih sebagai Ketua Umum MUI, KH Miftachul Akhyar, menyebut tugas paling mulia seorang ulama ialah berdakwah. Tidak ada tugas paling tinggi selain mengajak orang dalam kebaikan. Namun ia juga mengingatkan, mengenai tata cara yang harus diperhatikan seluruh ulama. Dakwah tak boleh memaksa, apalagi memakai kekerasan atau makian, “Karena dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi,” kata Miftahul. Ia menekankan pentingnya tabayun, bukan pengadilan sebagai salah satu tugas MUI.
Ulama bertugas membina umat, bukan malah menghina. Ulama memiliki tugas membangun simpati dan membela, bukan mencela, “Tugas-tugas ini saya harapkan dalam periode yang akan datang akan mewarnai kehidupan kita,” ujar Miftahul. Mantan Rais Aam MUI ini menyebut umat tengah menunggu ulama yang memiliki kapasitas tersebut. Umat menanti ulama yang penuh kasih dan memberikan pencerahan.
“Ini harapan Islam pada kita (ulama). Terutama pada penanggung jawab keulamaan untuk memberikan pencerahan kepada umat. Mereka yang melihat umat dengan mata kasih sayang,” ujar Miftahul.
Atas terpilihnya KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengucapkan selamat, “Selamat kepada beliau dan juga secara keseluruhan kepada MUI yang telah menyelesaikan Munas, dengan aman, lancar, dan damai. Hal ini merupakan prestasi dari kepengurusan, untuk melaksanakan konsolidasi lima tahunan,” ujar Chriswanto Santoso.
Munas MUI, menurut Chriswanto merupakan wujud kontribusi MUI dalam hal kewajiban untuk melakukan konsolidasi sebagai organisasi kemasyarakatan, “MUI merupakan panutan, segala sesuatu terkait kebijakan dan ijtihad yang diambil MUI merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan negara. Kebijakan MUI jadi cerminan atau etalase umat di Indonesia sebagai kontribusi yang luar biasa,” ujar Chriswanto Santoso.
Menurut Chriswanto, KH Miftachul Akhyar adalah sosok yang tepat menggantikan KH Ma’ruf Amin, “Beliau adalah seorang ulama yang istiqomah dalam urusan agama, bersahaja, kharismatik dan menjariyahkan ilmu dan hidupnya untuk dakwah Islam. Sepantasnyalah beliau menjadi ketua umum MUI atas reputasi yang beliau lakukan saat menjadi rais aam di PWNU dan PBNU,” ujar Chriswanto.
Sumber : www.ldii.or.id