Jakarta, 1 Juni 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55, Departemen Litbang, Iptek, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL) DPP LDII bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar webinar bertajuk “Pengenalan Jejak Karbon dan Cadangan Karbon dalam Upaya Mengatasi Perubahan Iklim”. Kegiatan ini berlangsung secara hybrid dari Kantor DPP LDII di Senayan, Jakarta, pada Sabtu, 31 Mei.
Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, dalam sambutannya menyampaikan bahwa krisis lingkungan yang kita hadapi saat ini merupakan dampak dari akumulasi kelalaian manusia dalam menjaga bumi. Ia mengingatkan bahwa bumi adalah amanah besar yang wajib dijaga, bukan sekadar tempat tinggal.
KH Chriswanto mengutip sejumlah temuan ilmiah terkini terkait perubahan iklim. Berdasarkan laporan CNN Indonesia (28 Mei 2025), dalam dua tahun terakhir terjadi perpindahan besar volume air dari daratan ke lautan yang menyebabkan ketidakseimbangan distribusi air global. Bahkan, fenomena ini disebut-sebut bisa mengarah pada krisis global jika tidak segera ditangani. Ia juga menyinggung kenaikan permukaan laut global yang mencapai 1,95 mm per tahun—lebih tinggi dibandingkan pencairan es Greenland sebesar 0,8 mm. Selain itu, berdasarkan laporan Kompas, semakin jauhnya jarak bumi dan bulan mengakibatkan rotasi bumi melambat, yang berpotensi membuat durasi satu hari menjadi 25 jam di masa depan.
Menurutnya, data-data tersebut bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai peringatan penting agar manusia kembali sadar akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan. “Langkah kecil sangat berarti. Tidak perlu menunggu sempurna atau besar. Yang dibutuhkan adalah kesadaran dan konsistensi,” tegasnya.
LDII, lanjut KH Chriswanto, telah menanam lebih dari lima juta pohon di berbagai daerah dan memanfaatkan energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kantor dan pesantren. Beberapa wilayah juga mulai mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro sebagai bentuk pemanfaatan energi ramah lingkungan.
Ia menekankan bahwa seluruh upaya ini merupakan kontribusi nyata LDII dalam mendukung penurunan emisi karbon nasional sekaligus bentuk tanggung jawab spiritual menjaga kelestarian alam. Ia berharap semakin banyak pihak yang terinspirasi untuk ikut ambil bagian, karena isu perubahan iklim bersifat global dan tidak mengenal batas.
“Yang penting bukan seberapa besar aksinya, tapi apakah kita bersedia mulai bergerak. Aksi kecil yang dilakukan bersama-sama akan membawa dampak besar,” ujarnya.
Direktur Mitigasi Perubahan Iklim KLHK, Irawan Asaad, dalam kesempatan yang sama menjelaskan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca seperti CO₂ dan metana akibat aktivitas manusia. Lima sektor utama penyumbang emisi adalah energi, industri, limbah, pertanian, dan kehutanan.
Ia menambahkan bahwa dampak perubahan iklim kini semakin terasa nyata, mulai dari krisis air, kerusakan ekosistem, penurunan kualitas kesehatan dan pangan, hingga meningkatnya bencana hidrometeorologi yang kini menyumbang 80% dari seluruh bencana di Indonesia.
Irawan mengapresiasi inisiatif LDII seperti pemanfaatan PLTS, pengelolaan sampah mandiri, dan keterlibatan dalam program Kampung Iklim (Proklim). Menurutnya, upaya-upaya tersebut menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan secara kolektif.
Ia juga memaparkan pentingnya pemahaman terhadap jejak karbon sebagai indikator emisi gas rumah kaca. Jejak karbon dibagi menjadi empat kategori: individu, organisasi, negara, dan produk—masing-masing mencerminkan emisi dari aktivitas sehari-hari hingga proses industri dan perdagangan.
KLHK, kata Irawan, berperan penting dalam pelaksanaan komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca melalui Nationally Determined Contributions (NDC). Program-program ini meliputi pengembangan energi terbarukan, efisiensi energi, rehabilitasi hutan, serta perdagangan karbon sebagai solusi ekonomi untuk pengendalian emisi. Semua langkah tersebut melibatkan kolaborasi lintas sektor, dari pemerintah daerah hingga masyarakat.
Irawan mendorong LDII untuk terus menyebarluaskan kesadaran akan pentingnya mitigasi perubahan iklim. Ia yakin bahwa kontribusi nyata dari lembaga seperti LDII dapat memberi dampak besar terhadap pelestarian lingkungan di masa depan.
Webinar ini diikuti oleh lebih dari 250 studio virtual dari DPW dan DPD LDII, serta sekolah dan pondok pesantren di bawah naungan LDII. Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen LDII dalam mengedukasi masyarakat serta mendorong peran aktif dalam menjaga lingkungan dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
LDII terus maju berkontribusi utk bangsa
LDII luar biasaterus maju.