Dalam sambutannya, Direktur PENS Aliridho Barakbah, S.Kom., Ph.D sekaligus memberikan testimoni atas kinerja Prof. Dedid, “Pengukuhan Prof. Dedid sebagai guru besar menambah jumlah guru besar PENS menjadi empat orang,”ujarnya.
Ia pun berharap kepada Prof. Dedid akan kelanjutan penelitiannya, “Saya sangat yakin, setelah dikukuhkannya Prof. Dedid hari ini, akan bertambah lagi karya-karya beliau, baik riset maupun produk yang kan membawa kemanfaatan bagi kampus, masyarakat bahkan bangsa kita,”tambah Aliridho.
Pada pidato orasi ilmiahnya yang berjudul “Pengembangan Teknologi Mobil Listrik Smart Car dan Infrastruktur untuk Meningkatkan Pelayanan dan Keamanan Menuju Indonesia Smart City”, Prof. Dedid memberikan latar belakang penelitiannya yang berbasis perkembangan teknologi digital. Ia merancang mobil pintar (smart car) yang dirancang bisa bergerak melalui sistem tanpa perlu pengemudi meskipun ada penumpangnya.
“Saya menyiapkan teknologi ke depan terkait mobil listrik, khususnya smart car. Artinya mobil listrik yang mampu untuk bisa mengatur dirinya. Di awal masih memakai manual, dan yang berikutnya menggunakan tanpa awak, tanpa driver, kemudian nanti dikaitkan dengan sebuah sistem. Mobil ini akan dikendarai penumpang. Penumpangnya tinggal duduk saja,”jelasnya.
Menurut Dedid, semua akan dipantau oleh sistem komunikasi dan informasi yang menggunakan internet of Think (IoT) dan menggunakan big data yang langsung berkomunikasi dengan satelit. “Kalau kami menggunakan provider biasanya ada kendala jaringan yang lemot dan sebagainya. Makanya kami langsung ke satelit,”ujar pria kelahiran Pasuruan berusia 61 tahun itu.
Dalam mengembangkan penelitiannya terkait smart car, Prof Dedid menggandeng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ia Bersama LPPM UPN Veteran Jawa Timur berhasil mengembangkan prototipe mobil listrik otonom (autonomous electric vehicle). Penelitian tersebut dikerjakan di tengah berbagai kesibukannya sebagai dosen maupun Ketua Persinas ASAD Jawa Timur.
Terkait pengembangan mobil listrik oleh pemerintah, menurutnya pemerintah sedang fokus bagaimana mobil listrik bisa diterapkan di Indonesia. Adapun di luar pemerintah juga sudah mulai bersiap. Hal itu mengingat polusi udara, air dan sebagainya yang semakin hari makin meningkat.
“Ada satu pabrikan tertentu yang sudah menyiapkan sistemnya. Jadi nanti kalau mau service dan sebagainya, tidak perlu lagi bilang “saya mau service”. Nanti begitu mobil masuk, operator service langsung bisa menangani dengan sendirinya karena data sudah masuk. Nah, nanti pemerintah tinggal mempersiapkan infrastruktur yang terkait dengan kriminalitas, bahaya-bahaya kecelakaan, itu yang disiapkan. Itu yang diharapkan. Nanti akan ada kerjasama antara government dan swasta,”jelas Dedid.
Menurut Prof. Dedid, beberapa pihak swasta sudah mulai membangun sistemnya. Ada pabrikan otomotif dari Jepang yang sudah mulai membangun sistemnya dan sudah riset. “Insya Allah dalam waktu dekat sudah bisa diaplikasikan. Hanya pemerintah yang mempersiapkan infratrukturnya, itu yang belum,”ujarnya.
Namun, dengan adanya Perpres No 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterei (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, menurutnya itu sudah merupakan rencana pemerintah untuk mengarah ke sana. Karena mau tidak mau nanti pasti akan ke arah mobil listrik. Mobil berbahan bakar itu pasti nanti akan ditinggalkan, khususnya untuk penumpang.
“Ini semua pabrikan sedang berlomba-lomba. Beberapa pabrikan dari Korea, dari Jepang, sudah berlomba-lomba. Dari Eropa pun sudah berlomba-lomba untuk menyiapkanmobil listrik ini. Mengapa? 2030 pemerintah Indonesia sudah mencanangkan itulah saatnya menggunakanmobil listrik. Sekarang tinggal tujuh tahun lagi menyiapkan itu,”tambah Dedid.
Dedid menambahkan, orasi ilmiah yang ia sampaikan merupakan konsep dan ide yang akan ditawarkan kepada pemerintah. Karena menurutnya pemerintah masih fokus pada electric vehicle saja. “Nanti akan kami tawarkan pada pemerintah konsepnya seperti ini. Karena apa? Kota-kota besar sudah bersiap-siap kesana. Contohnya. Ada di Dubai. Meskipun bukan kota besar tetapi merupakan kota modern. Semua transportasinya juga sudah modern di sana,” kata Dedid.
Mobil listrik, lanjut Dedid, merupakan passion pribadinya. Sejak kelas 5 SD ia sudah memulai melakukan riset terkait free energy. “Saya dikukuhkan hari ini adalah start awal. Karena bidang saya adalah electric vehicle. Mobil listrik ini adalah salah satu bagian dari hidup saya,” tutur pria yang melewati masa SD hanya lima tahun.
Rencana ke Depan
Menjawab kebutuhan trasnportasi di Indonesia, Dedid menambahkan bahwa transportasi massal dan personal itu sama saja. Hanya kalau semua pakai transportasi pribadi, deretan kemacetan semakin tinggi. Maka yang diutamakan adalah transportasi massal yang berbasis elektrik. Apakah itu di darat, ataukah di udara menggunakan rel ataukah yang lain. Yang jelas bagaimana macet itu jangan sampai terjadi. “Makanya pemerintah itu sudah saatnya menghitung, jangan hanya meluncurkan mobil-mobil baru,” jelas Dedid.
Mobil listrik yang segera akan dikembangkan adalah mobil listrik yang berbasis kecerdasan buatan. Menurut Dedid, makin lama manusia itu ingin enjoy, ingin nyaman dengan mengendarai mobil listrik. “Nanti setelah mobil listrik ini sudah jadi kita lengkapi dengan sensor. Yang penting nyaman,, orang duduk, tiduran. Misalkan berangkat dari rumah ke kampus dan sebaliknya, mobil sudah sampai. Harapannya seperti itu,”
Dedid berpesan, keberadaan mobil listrik membutuhkan dukungan masyarakat. “Semua masyarakat harus taat dengan semua peraturan lalu lintas. Tanpa itu sulit. Karena apa? Akan terjadi kecelakaan. Terutama sepeda motor. Sepeda motor itu misalkan nyelonong di depan mobil. Kalau terlalu dekat kan mengganggu. Ini semua pihak, pemerintah dan masyarakat seharusnya sudah mengarah ke sana semua,” katanya.